Senin, 26 Mei 2014

"Prisoners In Paradise"

"Prisoners In Paradise"

I want to learn how to fly
I want to be respected
I want to get lucky
I want to get out of this dump
I just want to watch TV
I want to be loved
I want to be different
I want a brother and sister
I'd just rather be forgotten
I want to save the world
I want to be understood
I want to be rich
Man, I just want to be somebody

Julie's got the word today
She lost her job just one last pay
Life don't come easy anymore
Still strugglin'on by herself
Got a picture of Jimmy
There on the shelf
And she looks at him and says
Why did we let it go

I know that sometimes baby
We didn't see things eye-to-eye
But I got just one question
Did we have to say goodbye

Just like prisoners in paradise
Still far from heaven's door
We had it all but still we
Wanted more
Now I realize that I can't
Turn back the future's here
To stay but hey
We're just children of tomorrow
Hanging on to yesterday

Jimmy still recalls the night
When he took his guitar
And headed on out
To find the big time
That was his dream
He gave up his past
And made it alright
But there's something missin'
In his heart tonight
Sometimes what you want
Ain't what you need


He misses drivin' down
To the lake at night
Holdin' his baby
In his arms so tight
Ain't it hard to find illusions
When you're living in a memory

Just like prisoners in paradise
So close but yet so far
There will come a time
No matter who you are
When you ask yourself
Was it right or wrong
For me to turn away but hey
We're just children of tomorrow
Hangin' on to yesterday

.....

Selasa, 06 Mei 2014

Singgah Sana

Kala kita dijemukan dengan hidup yang bising, ingin rasanya berpindah menjadi nomaden. Merasakan setiap tempat mempunyai aroma sendiri dengan berbagai ke-khasanya. Ingin menapakkan kaki demi langkah untuk menerawang suasana sekeliling. Berjiwa petualang ala sosialis dengan cinta akan hidup dan karya pribadi. Serta bersyukur adanya alam dan diri kita yang merasakan semuanya. Lepas dari bingkisan minor diri yang membebani. Menjadi akan bebas akan diri sendiri, dari lingkup diri itu memulai menata apa yang harus dilanjutkan dan dihentikan. Menjadi katrol yang akan membawa pada titik pengambilan mata air jernih untuk sejenak mengisi kehausan dan kelegaan atas sebuah perjalanan. Melhat lebih luas dari apa yang sebelumnya dan membuat seolah diri ini memang ditakdirkan untuk terus berbuat. Berbuat untuk Tuhan, Cinta, atas Karya dan Hasilnya.

Saya Zafit Nurdin ^ 2014-05-06

Kalut Tak Becus

Akan kutulis sajak ini sebagai rasa ketidakbecusanku mengahadapi keadaan sebenarnya

Didesak oleh jalan lurus panjang
Sekarang berkelok tajam tak bertujuan
Dan serba tidak benar
Tidak teratur
Bahkan harus kepada mengadu
Diri sendiri saja sudah tidak becus
Setidaknya sedikit syukur ku tidak muncul
Menyelinap di berbagai keegoisan kebahagian semu
Entah sembunyi di balik angan yang masih fatamorgana
Ini mimpiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii, cita ku
Akan apa yang ada didepan saya
Harus bisa...................
Ku dapatkan.................
Dari sini........................
Yah, dari apa? dari siapa? Kemana?  Apa?
?
Aku menjadi siang bukan pagi lagi dan bukan sore
Aku hilang sejenak, hirup pikuk mereka
Aku Isolasi diri
Karena tidak becus.

28-04-2014

Melancholia

Apakah kalian pernah menemukan seperti ini.
Ketika melagu diatas segala masa dibelakang kita.
Merasakan banyak memori disana.
Alunannya pelan desirnya mengusik dan pelan.
Kenapa seringan awan begitu saja.
Melepaskan segalanya.
Setitik demi setitik menjadi tetapan yang tidak bisa dibaca arahnya.
Daun daun kering mulai jatuh di sore hari disebuah taman bangku yang kosong, setelah keramaian menjamahnya.

5-04-2014

Minggu, 20 April 2014

Doa dari Seorang yang sangat saya cintai

Doa dari Seorang yang sangat saya cintai.

Pagi minggu ini saat sedang asik dengan empuknya kasur  terdapat sms dari Ibu tercinta :

Name/Number: +6282325202945 (Ibu)
Time: 2014-04-20 06:28:42
“Lagi tidur fit g jd ke pwr po kamu klo kerja yg sabar di tlateni dl kanu udah bejo begitu selesai dpt kerjaan yg penting sabar dan tlaten insyaalah suxses apa mau kuliah lagi nyambi nanti ibu bantu.
(Sedang tidur fit? Tidak jadi pulang purworejo? Kamu kalo kerja yang sabar dan di niati dlu, sudah beruntung begitu selesai dapat kerjaan, yang penting sabar dan niat, Insyaallah sukses, apa kamu mau kuliah lagi, nyambi nanti ibu bantu)

Begitulah sedikit pesan pendek yang berarti segalanya dari seorang Ibu untuk anaknya. Dukungan, doa, dan harapan selalu. Semoga selalu di dengar dan di kabulkan Allah swt. Amin
Terimaksih Ibu, hari ini sampai kapanpun Ibu adalah segalanya. J


Mencari Kepemimpinan

Mencari kepemimpinan
         Sedikit menguraikan pandangan saya dalam beberapa gemuruh situasi berita kali ini yang mengulas berbagai sosok sosok yang akan memimpin bangsa kita. Pandangan sebagai masyarakat dan sebagai seorang yang berada kalangan menengah biasa yang masih bisa mencermati atau nantinya mengomentari. Setiap 5 tahun kita dihadapkan pada sebuah era bahwa bangsa ini akan dipimpin oleh siapa, kearah mana, dan dengan tujuan yang seperti apa? Masyarakat saya pandang punya banyak harapan dengan berbagai hal yang dimiliki Tanah Air ini. Pendidikan, perekonomian, kesejahteraan, dan kemajuan segala aspeknya. Jangan lah jadi kita mencari pemimpin karena faktor kepentingan. Entah faktor kepentingan dan transaksional yang sekarang terjadi di Kepemimpinan kita. Sayang sekali. Yah, ini mungkin karena demokrasi kita yang kebablasan, dengan sitem partai yang masih aburadul. Harusnya seperi apa?? Kita rindu akan pemimpin yang progresif dan benar bekerja dalam sebuah tim ataupun individu. Melihat bahwa Indonesia adalah bangsa yang kuat, maju dan melimpah. Membawa waktu 5 tahun memang tidak mudah,minimal ada hal yang bisa dan harus diperbuat untuk memperbaiki terus, sampai tangga demi tangga kepemimpinan terlewati. Mungkin ini lah yang harus dilakukan, bahwa sebagai pemimpin harus memberikan sesuatu yang terbaiknya bukan atas dasar kepentingan tapi atas dasar suara 237,6 juta jiwa ini.

Kamis, 17 April 2014

Berteater itu mengajari hidup yang sepi

Berteater itu mengajari hidup yang sepi, keras, dan berjuang untuk selalu menikmatinya. Sebelumnya terimakasih proses ‘ra ruh’ yang hampir 8 kali pentas kita lewati. Saya hitung, kidung kamardikan,jombang, pacitan, kebakkramat, ums (3x), batang. Setelah melepas karakter dalam ra ruh saya mendapatkan apa yang lebih di dalamnya. Terimakasih mas jais mb ratna, kawan, budi, emje, cesa. Mendapati kesendirian dan mendapati karya itu adalah hal yang luar biasa. Dengan keringat dan capaian maksimal, tentang apa yang kita gagaskan dan kita rasakan selama ini. Kemerdekaan yang tak pernah utuh dari manusia dan sekelompok orang. Menjadi marjinalitas yang sempurna. Pemikiran yang orisinalitas dari kawan Kidung.
Kebersamaan yang menjadikan ikatan kuat dimana proses selalu berjalan dengan kegigihan tanpa henti untuk sebuah capaian kelompok, dan capaian proses itu. Untuk memberikan arti pada penonton yang melihat dengan definisi berbeda-beda. Ya absurb. Yang akan menerjemahkan itu kedalam diri masing-masing.
Pertama saya bercerita kali ini mengenai proses yang berlangsung hampir 6 bulan. Dimulai dari proses isendentil untuk menarik sebuah tontonan baru dari mahasiswa. Berasal dari tantangan untuk melewati hal yang tidak biasa dan fantastis diakhirnya. Dan dilanjutkan dalam diskusi-diskusi malam larut yang di juga dcekoki kopi penghila kantuk serta kebulan asap. Sebelum menuju pentas ra ruh kita dilatih untuk pentas pengisi kecil juga. Pacuan diri untuk terus berproses meningkat. Sampai pada sebuah akan ditampilkan tontonan untuk Kemerdekaan 17 Agustus, dan mulai cetusannya dari itu. Kita cari bersama, kita bergerak berlatih dan tak sampai putus. Terus dan terus. Itulah semboyannya. Kekuatan, gairah yang kuat memacu adrenalin malam,bahkan subuh. Teringat juga saat masa puasa di dalam sanggar. Kita bertahan! Lalu mulailah dari sebuah pertunjukan di Dawung Wetan Pentas Kidung Kamardikan kita menampilkan ‘ra ruh’. Entah rasa gugup atau apapun tidak ada. Kita bisa, kita lewati dengan hal yang diluar dugaan kita.
Kita ditawarkan untuk bergerilya budaya menuju beberapa kota diantaranya pacitan,jombang, dan di kebakkramat karanganyar. Perjalanan yang hebat bersama kawan gerilya, menjadikan keluarga disana. Dijombang perjalanan malam bermotor hampir 8 jam non stop dan di Pacitan kita bermalan dipantai dan menikamati indahnya alam disana serta sebelumnya menikmati sepi sunyinya sebuah desa dimana kita pentas dan di malam pentas riuh dengan penonton yang rindu akan hiburan yang mendidik kita. Saya kagum dengan masyarakat itu yang serba terbatas tetapi mereka masih selalu tersenyum dengan keterbatasannya dan hiburannya sendiri. Bahkan disana televisi belum mencuci pikirannya mereka yang masih penuh dengan alam sekitar. Pengalaman yang luar biasa sebagai seorang pemain, seorang pemuda, dan seorang manusia yang selalu diciptakan untuk merasakan hal-hal kecil. Kita luapkan segalanya. Kita kerahkan segalanya. Untuk teater untuk kidung dan untuk hidup.
Terimakasih teater,kidung,kawan,sahabat,manusia yang tegar,manusia yang kuat disana. Saya merindukan masa itu. Kita benar benar menjadi keluarga yang selalu diingat.

‘Ra ruh’
Produksi : Teater Kidung
Sutradara : Ratna Hadi
Asstrada : Isnaini ‘Jais’
Pemain : Zafit Budi Cessa Emje
20 Agustus 2011 Kidung Kamardikan
1  Oktober 2011 Raih Kidung Cinta
15 Oktober 2011 Jombang
18 Oktober 2011 Kebakkramat
22 Oktober 2011 Pacitan
31 Oktober 2011 Pentas USF Griya UMS
27 November 2011 Batang
31 Desember Griya UMS (Tahun Baru) Pelepasan Karakter
Setiap orang memiliki prosesnya tinggal bagaimana kita betahan dengan kegigihan kekuatan yang lebih dari yang dimiliki manusia itu sendiri dan kita dapatkan sesuatu dari sana


Senin, 07 April 2014

Good Things For Good People

Mari sedikit membeberkan tentang blog yang saya buat ini... Sekedar pendapat subjektif saja untuk menengahi banyak persoalan yang mungkin orang hadapi sekarang...

Di mulai dari sebuah judulnya "Good things for good people". Kebaikan kita relasikan dengan ke-orangan. Bahwa apa yang orang miliki sekarang mereka sebenarnya miliki semua. Tentang kebaikan tentang keburukan yang mereka lakukan. Memang berasal dari "diri" "dalam" manusia itu. Hal-hal yang dimiliki adalah penanaman yang ditumbuh melekat pada diri manusia itu sendiri. Seorang yang melakukan hal-hal positif dengan keyakinannya akan memiliki kelekatan pada sesuatu yang positif juga. Begitu juga sebaliknya. Membangun diri, menciptakan diri ini seperti apa itulah yang terpenting. Saya kira manusia tidak diciptakan untuk selalu sedih, marah, dan nelangsa. Itu hanyalah ketidak mampuan kita menciptakan hal positif,hal yang menjadi keuntungan dan hal yang menajadi bangunan emosi yang lebih terarah.

Misalkan : pengangguran menjadi merasa malas akan hal yang dia lakukan sehari-hari, lalu dia merasa tidak berguna dan hanya pasrah, itu tidak akan menimbulkan hal yang positif dan membangun. Ciptakan hal itu. Mulai, sesuatu hal kecil adalah "bekerja", sederhana dan positif. Karena sesuatu yang baik itu adalah milik manusia itu sendiri. Melalui proses yang ada akan tercipta bangunan positif yang tertanam dan tumbuh. Apalagi dengan semangat muda yang ada. Bahwa tidak ada yang salah dalam seorang pengangguran. Meraka memiliki ketakterbatasan dalam melakukan bagunan positif-positif ini, tinggal bagaimana menentukan mengarahkan, membangunkan sampai tegak.

Tidak beda halnya yang sudah beraktifitas oleh pekerjaan dimana hal memang diciptakan energi yang baik, dengan orang-orang, percayalah itu hal yang sangat kuat untuk membawa keterlanjutan dan kemanfaatan. Inilah sebuah kekuatan manusia dalam dirinya, yang selalu membawa sesuatu dibaliknya. Ingat itu.

 Quote :  Manusia itu energi yang kuat dengan segala yang dipunyai dan dapat ditularkan.

Rabu, 26 Maret 2014

crush!!!

Meng:eja: Maret 4

Bahwa setiap apa yang kita tinggalkan kini mulai membekas. Meninggalkan sebuah memori yang terkenang dan tak terlepas. Disini dari ruang yang ada didalam. Seperti mimpi tenggelam. Kenangan demi kenangan dirasa. Menjadi tindasan kekeruhan dan kejemuan diri. Entah sampai kapan tertekik tergilas masa romantik. Menjadikan kerinduan entah bagaimana. Menyisakan benar benar menyisakan sisa sisa sia sia dan ia?

Meng:eja: Maret 3


Terima kasih bahwa saya dilahirkan akan sebagai seorang yag akan selalu menemui jalan yang terjal. Dimulai dari memaknai hidup dalam apa yang saya kerjakan sehari hari maupun yang sudah saya bangun bertahun dan akhirnya harus selesai. Memang begitu nyatanya dan aslinya. Keyakinan saya goyah semakin lama menjadi peragu dalam memutuskan. Memang ini lah yag harus dilewati untuk hal yang lebih besar esok. Saya yakin itu. Bahwa ini bukan mengenai takdir tapi lebih pada pilihan lah saya akan kemana dan semua akan tetap bisa dirubah. Bahwa saya mempunyai pondasi sebagai diri saya sendiri untuk membangun. 

Meng:eja: Maret 2


Waktunya menulis lagi sudah saatnya..

Sudah seperti biasanya datangnya setelah hiruk pikuk siangku datang, ya tengah malam ini.
Menatap langit-langit asbes kamar terbatas dan mentok disitu saja. Ini saatnya memulai segalanya dengan baik dan harus lebih baik. Menjadi manusia biasa yang menurut pada takdir dan kepecayaan pada-Nya. Segalanya sudah terekam dan terproses sendiri dalam diri. Selalu ada yang mengikutinya dan berulang membentuk. Tidak semudah memulai lebih sulit menjaga dan meneruskan menjadi lebih dan bersyukur. Semuanya tinggal dilanjutkan, dengan harapan, mimpi dan cita-cita. Karena manusia ini akan terus melewati batasnya,gerak,keluar sampai mata nurani memuaskan logika.

Meng:eja: Maret 1


Sudah berlalu ya harapan ini...
Terbangun setelah bergulat dengan semua hal yang membuat lelah. Masih ada tempat teristimewa.disini.. di masa yang akan dijumpai...

Selasa, 18 Maret 2014

Review "JOKOWI Memimpin Kota Menyentuh Jakarta"

Tak perlu merasa miskin ketika kita berada dalam kondisi berkekurangan. Merasa miskin hanya pantas disematkan pada orang-orang yang putus harapan dan tak memiliki semangat apa-apa lagi untuk mengubah nasib [hal 37].

Dalam hidup, manusia selalu belajar. Disadari atau tidak, yang masuk ke dalam pikiran dan hati selalu bertambah. Dan itu akan menciptakan perubahan-perubahan. [hal 42]


....

Senin, 27 Januari 2014

Catatan Kemarin Sore

Catatan kemarin sore..
Baru saja sore itu berlalu indah sedemikian rupa layaknya nyanyian burung burung sore. Setelah hujan turun. Menanti kehadiran orang yang didambakan. Turun dari sebuah kereta sore ini. Kegelisahanku muncul dikala redup sampai. Tanpa kasih maenjadi kusam langitnya. Benar-benar kasihan. Sampai kapan ini. Rasanya capek dan kesal hanya menanti. Membebaskan saja bagaimana. Membuang waktu percuma untuk sebuah perjudian. Kasar sepertinya, tapi memang itu. Serasa ditindah. Oh, kasihan. Tak sampainya mereka membelai dedaunan sore. Mendayu tersepoi. Ruang dan waktu sudah menjadi bekal yang sama di masa datang. Menjadi tolak ukur kesaksian yang nyata. Membeberkan ketidakharmonisan dan ketidaksekawanan. 
Kemarin sore..
Baru saja bergulir waktu yang singkat dan harus mulai pelan, sedikit, meninggalkannya. Menjadi sore besok itu baru. Baru dengan keyakinan baru bahwa akan ada rintik-rintik yang mendinginkan. Lalu akan ada seniman yang mengabadikannya menjadi lukisan jingga,merah,ungu.
Ya, sudah menjadi titik titik selanjutnya. Bukan hanya titik,tapi mau mengisinya lagi entah dimana. Memang sih kemarin sore juga masih titik-titik tapi itu berjalan terpencet terus dan tidak berhenti.
Aku berdoa catatan kemarin sore ini suatu saat terbaca. Lalu mengikiskan. Dan mengabadikan.

Zafit Nurdin
Catt 26 Januari 2014

Jumat, 10 Januari 2014

Beruntunglah "Tidak Kolot"


Beruntunglah kalian yang berpasangan saling mencintai tulus. Mengerti satu sama lain untuk saling bersama apapun tujuan masing masing. Siapapa pun wajib memiliki cinta. Bersama menjalin keterikatan erat sperti batin. Sepasang seperti satu.
Beruntunglah kalian yang selalu bersama secara fisik maupun rasa,meski terpotong waktu dan tempat. Hidup dengan gairah kepastian tanpa ada embel-embel syarat atau keterbatasan. Menjadi penuh menjadi klasik dan menjadi roman-roman. Kita bukan juga aku atau dia.
Beruntunglah kalian untuk saling melunasinya tanpa mencicil satu demi satu. Menepati tanpa perlu terlambat untuk meminta maaf dan berterima kasih. Tidak kolot. Dan tidak memaksakan siapa dan dimana mereka berada.
Berbagi lah dalam menjalani. Banyak hal yang harus dilewati, tanpa atau ada. Melewati begitu saja. Beruntunglah kalian.
Dan kita?